--- dalam pesta kata, ngiang rindu bertanya, kapan temu ? (saat ini aku berada di tengah neraka dan surga) ---
yee. ada kemungkinan aku tak berbahagia saat yang duduk disisiku bukan kau
yee. ada kemungkinan senyumku tak begitu lega
saat kecup kening dan ucap mencintaimu bukan pada pasangan jiwa
yee. ada kemungkinan aku terjaga
ketika jemari lain yang menyisiri lembut rambutku
yee. ada kemungkinan doa yang kulayangkan
akan terhuyung-huyung sesat, mencari dekapan yang serupa engkau
dan sang waktu telah memberikan kesetiaannya pada tiap rindu
kau tahu, aku tak menolak segala tanya
yang hanya mampir ketika suka cita datang
dan itu bikin geli, ergh. kejauhan pandangan sungguh melelahkan
yee. kau tak begitu kenal
dengan langkah kakiku
merah yang bergegas
membawa kain kafan berwarna putih
sayup sepoi di jemari kiri
tentu. buah tangan ini
bukan untuk siapa tanya, maka
letakkanlah diatas tubuh yang kau mau
di sudut lengang itu
telah kutengok pigura waktu
senyummu terkurung
menyimpan sejuta rindu yang berpelukan
yeah! kau pun tahu
para pekerja dan penambang
telah memaksa aku
untuk membawa pulang pigura senyummu
duh, mengerikan!
jejantan rindu setia bersahabat dengan senjata dan peluru
melahirkan puisi tentang perjalanan skenario purba
ruh dan jiwapun berlomba
menemui jasadnya yang semakin renta
beradu rindu mengaduh, kepayahan
menjagai perahu gondola di sungainya venesia
tiba, bertolaklah!
dariku, yang masih menghangatkanmu
yee. ada kemungkinan senyumku tak begitu lega
saat kecup kening dan ucap mencintaimu bukan pada pasangan jiwa
yee. ada kemungkinan aku terjaga
ketika jemari lain yang menyisiri lembut rambutku
yee. ada kemungkinan doa yang kulayangkan
akan terhuyung-huyung sesat, mencari dekapan yang serupa engkau
dan sang waktu telah memberikan kesetiaannya pada tiap rindu
kau tahu, aku tak menolak segala tanya
yang hanya mampir ketika suka cita datang
dan itu bikin geli, ergh. kejauhan pandangan sungguh melelahkan
yee. kau tak begitu kenal
dengan langkah kakiku
merah yang bergegas
membawa kain kafan berwarna putih
sayup sepoi di jemari kiri
tentu. buah tangan ini
bukan untuk siapa tanya, maka
letakkanlah diatas tubuh yang kau mau
di sudut lengang itu
telah kutengok pigura waktu
senyummu terkurung
menyimpan sejuta rindu yang berpelukan
yeah! kau pun tahu
para pekerja dan penambang
telah memaksa aku
untuk membawa pulang pigura senyummu
duh, mengerikan!
jejantan rindu setia bersahabat dengan senjata dan peluru
melahirkan puisi tentang perjalanan skenario purba
ruh dan jiwapun berlomba
menemui jasadnya yang semakin renta
beradu rindu mengaduh, kepayahan
menjagai perahu gondola di sungainya venesia
tiba, bertolaklah!
dariku, yang masih menghangatkanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar